Di era digital saat ini, keamanan siber menjadi hal yang sangat penting, khususnya bagi pertahanan negara. Ancaman dari serangan siber bisa memengaruhi infrastruktur vital, seperti kesehatan, keuangan, dan sistem komunikasi. Untuk menghadapi tantangan ini, Indonesia telah membentuk Angkatan Siber TNI sebagai bagian integral dari sistem pertahanan nasional.
Apa Itu Angkatan Siber TNI?
Angkatan Siber TNI merupakan matra keempat di dalam struktur TNI, yang bertugas khusus dalam menjaga keamanan sistem informasi dan infrastruktur kritis negara.
Peran Angkatan Siber TNI sebanding dengan Angkatan Darat, Laut, dan Udara, tetapi fokus utamanya ada pada pertahanan di dunia digital.
Pembentukannya menjadi langkah strategis bagi Indonesia dalam menghadapi ancaman siber global yang semakin kompleks.
Baca juga : Potensi Karir IT Leadership Tahun 2025: Jobdesk, Peran dan Keahlian yang Dibutuhkan
Keahlian Angkatan Siber TNI
Personel Angkatan Siber TNI memiliki berbagai keahlian teknis yang sangat diperlukan, seperti:
- Cyber Security dan Perlindungan Data: Melindungi data sensitif dan memastikan sistem IT terlindungi dari akses tidak sah.
- Pengembangan Sistem Informasi: Membangun dan menjaga keamanan sistem yang digunakan oleh negara.
- Analisis Intelijen Siber: Memahami dan mengantisipasi pola serangan siber untuk menjaga keamanan nasional.
Peran dan Tugas Angkatan Siber TNI
Sebagai matra yang baru, Angkatan Siber TNI memiliki tanggung jawab besar dalam mempertahankan infrastruktur digital Indonesia. Tugas mereka meliputi:
- Penanggulangan Serangan Siber: Mengidentifikasi dan merespons serangan yang mengancam sistem informasi negara.
- Pengembangan Kebijakan Keamanan: Merancang kebijakan yang melindungi sistem kritis negara dari ancaman digital.
- Penyuluhan dan Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan digital.
Baca juga : Prediksi Ancaman Kebocoran Data di 2025 dan Bagaimana Vulnerability Assessment Membantu
Tanggung Jawab Angkatan Siber TNI
Tanggung jawab utama Angkatan Siber TNI adalah menjaga stabilitas nasional melalui perlindungan sistem digital, termasuk sistem komunikasi militer dan data intelijen. Mereka juga bertugas dalam menegakkan hukum siber di dunia maya serta melindungi data pribadi warga negara dari penyalahgunaan.
Baca juga : Serangan Siber di ASEAN Catat 1.594 Kasus, Analisis dan Cara Ampuh Melawannya
Menilik Potensi Perang Siber yang Akan Terjadi pada Tahun 2025
Kita akan masuk ke dunia yang cukup menantang, yaitu perang siber di masa depan. Mungkin kalian sudah sering mendengar tentang serangan siber, tapi bagaimana kalau serangan-serangan ini menjadi bagian dari strategi perang yang sesungguhnya?
Di tahun 2025, dunia siber diprediksi akan menjadi medan tempur baru bagi negara-negara besar. Tidak hanya di darat, laut, atau udara, tapi serangan digital akan menjadi senjata utama dalam mempengaruhi hasil peperangan. Yuk, kita simak lebih dalam tentang potensi ancaman ini!
- Target Utama: Infrastruktur Penting Bayangkan kalau jaringan listrik atau komunikasi sebuah negara tiba-tiba lumpuh total karena serangan siber. Ini bukan sekadar skenario film, tapi bisa menjadi kenyataan di masa depan. Dikutip dari NDU Press, negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Rusia sudah mulai memanfaatkan serangan siber untuk menyerang infrastruktur vital lawan mereka. Serangan seperti ini bisa menghancurkan sistem tanpa harus meledakkan bom fisik, lho!
- Konflik di Dunia Maya Perang siber ini bukan cuma soal “hack” komputer semata. Serangan terhadap sistem komunikasi militer atau layanan publik bisa melumpuhkan satu negara dalam sekejap. Krontech.com menyebut, negara-negara yang sedang terlibat dalam konflik fisik bisa memperluas medan perangnya ke dunia digital, menyerang sistem lawan dan memengaruhi hasil peperangan dengan cara yang tak terduga.
- Peperangan Multidomain (MDO) Kalian pernah dengar istilah multi-domain operations? Dari keterangan yang dikutip Intelligence Community News menyebut, ini adalah strategi baru di mana perang tidak hanya terjadi di satu tempat, tapi di banyak domain sekaligus: darat, udara, laut, dan sekarang dunia maya serta spektrum elektromagnetik. Teknologi-teknologi baru sedang dikembangkan untuk mempersiapkan hal ini, termasuk oleh militer-militer besar dunia.
- Risiko Eskalasi Perang Sama seperti masa lalu di mana ancaman nuklir selalu ada, sekarang kita memasuki era baru: era perang siber. Serangan terhadap infrastruktur seperti jaringan listrik atau sistem perbankan bisa meningkatkan ketegangan dan membawa konflik ke tingkat yang lebih serius. Serangan-serangan ini bisa memicu konflik fisik, bahkan mungkin perang antarnegara besar.
Baca juga : Sejarah Perang Siber dan 5 Serangan Siber (Cyber Warfare) Fenomenal
Ancaman Serangan Siber tahun 2025
Memasuki tahun 2025, ancaman serangan siber diprediksi akan semakin meningkat dalam skala dan kompleksitas. Beberapa tren utama yang perlu diantisipasi meliputi:
- Serangan Ransomware yang Lebih Canggih: Serangan ransomware diperkirakan akan semakin berkembang dengan teknik yang lebih kompleks, termasuk penggunaan metode “double extortion” di mana selain mengenkripsi data, penyerang juga mengancam akan membocorkan informasi sensitif untuk menekan korban.
- Serangan pada Rantai Pasokan (Supply Chain Management): Ketergantungan pada pihak ketiga dan rantai pasokan digital yang semakin kompleks meningkatkan kerentanan. Serangan pada rantai pasokan diperkirakan akan terus meningkat, menargetkan vendor dan pihak ketiga yang lemah untuk mengakses target utama.
- Meningkatnya Penggunaan AI dan Machine Learning oleh Penyerang: Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin tidak hanya digunakan untuk bertahan, tetapi juga oleh pihak penyerang. AI akan membantu penyerang dalam merancang serangan yang lebih cepat dan lebih sulit dideteksi
- Keamanan Perangkat IoT: Dengan semakin banyaknya perangkat IoT yang terhubung, risiko terhadap keamanan perangkat ini akan meningkat. Serangan pada perangkat IoT bisa berakibat pada gangguan infrastruktur kritis.
- Ancaman dari Quantum Computing: Perkembangan teknologi komputasi kuantum juga akan menghadirkan ancaman baru bagi metode enkripsi tradisional, menuntut pengembangan solusi keamanan yang lebih canggih, seperti kriptografi pasca-kuantum.
Dengan semakin canggihnya ancaman ini, negara dan organisasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, perlu memperkuat pertahanan siber mereka melalui penerapan teknologi canggih seperti arsitektur Zero Trust, serta meningkatkan kesadaran dan pelatihan untuk karyawan.
Kesimpulan
Angkatan Siber TNI memainkan peran penting dalam menjaga pertahanan nasional dari serangan siber yang semakin canggih. Dengan keahlian teknis yang kuat dan peran strategis dalam melindungi infrastruktur digital negara, mereka adalah garda terdepan dalam melawan ancaman di dunia maya.
Untuk kamu yang ingin memperkuat keamanan siber di lingkungan kerja, Biztech Academy menawarkan pelatihan Cybersecurity yang dapat membantu memahami ancaman siber dan melindungi data penting perusahaan. Yuk, pastikan keamanan digitalmu tetap terjaga!