Di era digital yang kian berkembang, teknologi deepfake berbasis AI generatif telah menjadi ancaman signifikan terhadap keamanan siber. Deepfake, yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menghasilkan konten media yang tampak asli namun sepenuhnya palsu, memiliki potensi merusak yang sangat besar.
Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan negatif, mulai dari penipuan hingga pemalsuan informasi publik. Memahami cara kerja teknologi deepfake, mengenali contoh serangan yang telah terjadi, dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang efektif merupakan hal penting untuk melindungi diri dari ancaman ini.
Cara Kerja Teknologi Deepfake AI
Teknologi deepfake menggunakan metode pembelajaran mendalam, terutama jaringan adversarial generatif (GAN), untuk menciptakan konten digital yang sangat mirip dengan aslinya. GAN terdiri dari dua komponen utama: generator yang membuat konten baru dan discriminator yang menilai keasliannya.
Proses ini memungkinkan deepfake menghasilkan video atau audio yang sangat realistis dengan meniru ekspresi wajah, gerakan mulut, dan intonasi suara. Teknik ini dapat digunakan untuk meniru perintah manajer kepada karyawan, membuat pesan palsu dari keluarga, atau menyebarkan foto memalukan. Kemajuan teknologi ini membuat deepfake semakin sulit dideteksi, terutama karena alat-alat untuk menciptakan deepfake semakin mudah diakses.
Baca juga : 8 Kategori AI Generatif yang Populer di Tahun 2024
Contoh Serangan Deepfake
Serangan deepfake serius pertama terjadi pada tahun 2019. Dilansir dari Techtarget.com, menurut Oded Vanunu, kepala penelitian kerentanan produk di penyedia keamanan TI Check Point Software Technologies.
Peretas menyamar sebagai permintaan telepon dari seorang CEO , yang mengakibatkan transfer bank sebesar $243.000.
Insiden itu memaksa lembaga keuangan untuk lebih waspada dan mengambil tindakan pencegahan yang lebih besar, sementara peretas menjadi lebih canggih.
Pada tahun 2021, penjahat menipu seorang manajer bank agar mentransfer $35 juta ke rekening bank palsu. “Para penjahat tahu bahwa perusahaan akan melakukan akuisisi dan perlu melakukan transfer kawat untuk membeli perusahaan lain,” kata Gregory Hatcher, pendiri konsultan keamanan siber White Knight Labs. “Para penjahat mengatur waktu serangan dengan sempurna, dan manajer bank mentransfer dana tersebut.”
Generasi bot terbaru menggunakan teknologi deepfake untuk menghindari deteksi, kata Sam Crowther, pendiri dan CEO penyedia perangkat lunak perlindungan dan mitigasi bot Kasada. “Deepfake, jika dikombinasikan dengan bot, menjadi ancaman yang semakin besar bagi sistem sosial, bisnis, dan politik kita,” jelasnya.”Berkat kemajuan terbaru dalam AI dan otomatisasi berbahaya, deepfake lebih realistis dan mudah diakses serta menyebarkan disinformasi dalam skala yang sebelumnya tidak terbayangkan.”
Organisasi propaganda pro-Tiongkok, Spamouflage, misalnya, menggunakan bot untuk membuat akun palsu, membagikan video deepfake, dan menyebarkan disinformasi melalui platform media sosial.
“Serangan deepfake bukan lagi ancaman hipotesis. Serangan ini perlu mendapat perhatian dari perusahaan saat ini,” Bence Jendruszak, COO di penyedia alat pencegahan penipuan Seon Technologies, memperingatkan. “Itu berarti mengajarkan staf tentang apa yang harus diwaspadai dan secara umum meningkatkan edukasi tentang prevalensinya.”
Baca juga : Wajib Tahu! Standar Keamanan PCI DSS untuk Bisnis: Melindungi Transaksi Kartu Kredit Anda
Praktik Terbaik untuk Mendeteksi Teknologi Deepfake
Mendeteksi deepfake memerlukan kombinasi teknik analisis canggih dan keterampilan observasi manusia. Tanda-tanda yang dapat membantu dalam mendeteksi deepfake meliputi ketidaksesuaian warna kulit, pola kedipan mata yang tidak biasa, dan gerakan mulut yang tidak konsisten.
Detektor modern mencari indikasi biometrik yang tidak alami, seperti detak jantung yang tidak sesuai atau suara yang tidak dihasilkan oleh organ vokal manusia. Analisis forensik, termasuk pemeriksaan metadata berkas video dan pencarian gambar terbalik, juga dapat membantu mengidentifikasi manipulasi. Selain itu, data sintetis 3D dan model verifikasi wajah yang lebih canggih semakin banyak digunakan untuk meningkatkan kemampuan deteksi.
Untuk deepfake audio, tanda-tanda seperti kalimat yang terputus-putus, pilihan kata yang aneh, dan intonasi yang tidak normal bisa menunjukkan adanya manipulasi.
Baca juga : 10 Kriteria Audit Keamanan Informasi untuk Raih Sertifikasi ISO/IEC 27001
Cara Membuat Prosedur Keamanan yang Kuat
Melindungi diri dari serangan deepfake memerlukan strategi keamanan yang menyeluruh dan berlapis. Organisasi harus mengembangkan sistem autentikasi bertingkat yang mencakup metode verifikasi seperti persetujuan verbal dan verifikasi internal. Pendekatan Zero Trust, yang memerlukan verifikasi setiap permintaan akses, juga penting untuk mengurangi risiko.
Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan standar industri dan norma terbaru, serta terus memantau perkembangan alat dan teknologi yang dapat membantu melawan deepfake. Selain itu, pelatihan reguler untuk karyawan tentang tanda-tanda deepfake dan strategi pencegahan yang efektif sangat penting untuk menjaga keamanan dan integritas organisasi.
Baca juga : Apa Perbedaan Mendasar Big Data, Data Science dan Artificial Intelligence (AI)?
Masa Depan Serangan Deepfake
Masa depan serangan deepfake diperkirakan akan semakin kompleks seiring dengan kemajuan teknologi AI. Potensi deepfake sebagai layanan, di mana teknologi ini dapat digunakan oleh siapa saja untuk membuat video manipulatif, akan meningkatkan risiko dan dampak serangan ini.
Robert Scalise dari Tata Consultancy Services memperingatkan bahwa sektor publik dan swasta harus bekerja sama dan tetap waspada untuk menjaga kepercayaan dalam interaksi online dan mempromosikan kebenaran. Meskipun teknologi deteksi deepfake terus berkembang, kemampuan penyerang untuk menciptakan deepfake yang semakin meyakinkan dan sulit dideteksi akan terus meningkat. Oleh karena itu, strategi pencegahan harus selalu diperbarui untuk menghadapi tantangan yang terus berkembang di masa depan.
Pelatihan Berbasis ISO 27001:2013 untuk Keamanan Informasi
Pelatihan berbasis ISO 27001:2013 merupakan solusi ideal bagi organisasi yang ingin memperkuat sistem manajemen keamanan informasi mereka. Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta akan memahami prinsip-prinsip utama dari standar ISO 27001:2013, yang merupakan kerangka kerja internasional terkemuka dalam melindungi informasi bisnis.
Program ini mencakup berbagai topik penting seperti penilaian risiko, pengendalian akses, dan manajemen kebijakan keamanan, serta penerapan praktik terbaik untuk mengamankan data sensitif dan menjaga kerahasiaan serta integritas informasi.
Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana menerapkan dan memelihara sistem manajemen keamanan informasi yang efektif. Para peserta akan belajar melalui metode praktis dan studi kasus yang relevan, memastikan bahwa mereka dapat mengatasi tantangan nyata dalam pengelolaan keamanan informasi.
Mengikuti pelatihan berbasis ISO 27001:2013 tidak hanya membantu memenuhi persyaratan kepatuhan, tetapi juga memitigasi risiko keamanan informasi yang mungkin dihadapi oleh perusahaan Anda.
Investasikan dalam pelatihan ini untuk memastikan bahwa tim Anda memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melindungi aset informasi berharga. Hubungi kami sekarang untuk memulai perjalanan menuju keamanan informasi yang lebih baik dan meningkatkan kepercayaan pelanggan serta mitra bisnis Anda.