BLOG

Mengenal Perbedaan Metode Agile dan Waterfall pada Sebuah Proyek

Sebagai orang awam, pembahasan topik ini mungkin agak membingungkan. Namun, Jika kamu belum belajar secara mendalam tentang metodologi manajemen proyek, mungkin sulit untuk membedakan antara metodologi Agile vs Waterfall, khususnya pada sebuah proyek. Apabila kamu seorang pekerja proyek, istilah di atas mungkin  tidak masalah dan bisa memilih metode manajemen proyek mana yang ingin diketahui.

Jika tertarik, jangan lewatkan keunggulan berbeda yang ditawarkan kedua metodologi tersebut. Kamu bisa berkonsultasi untuk mencari tahu manajemen proyek mana yang cocok untuk dan tim kamu, serta memahami dan membandingkan Agile vs Waterfall. Berikut adalah ulasannya agar orang awam bisa memahami kedua metode tersebut;

Agile vs Waterfall 

Meskipun metodologi ini memiliki perbedaan signifikan, penting untuk mengakui bahwa setiap metodologi manajemen proyek pada akhirnya memiliki tujuan yang sama yakni; memfasilitasi penyelesaian proyek. Sehingga, setiap metodologi membantu mengelola proses kerja tim melalui struktur dan komunikasi.

Meskipun kamu akan menerapkan masing-masing metodologi ini secara berbeda, Agile dan Waterfall semuanya memiliki banyak kesamaan. Kenyataannya, perincian yang tampaknya kecil ini membuat perbedaan besar dalam bagaimana suatu metode berfungsi. Dengan mengingat hal itu, mari kita periksa apa yang membuat setiap metodologi manajemen proyek berbeda.

Kenapa Waterfall Unik?

Dalam manajemen proyek Waterfall, proyek dipecah menjadi tahapan linier dan berurutan, di mana setiap bagian dari proyek bergantung pada penyelesaian kiriman sebelumnya. Karena itu, Waterfall memiliki dua sifat unik sebagai berikut;

1). Diskrit, Fase Terminal

Manajemen proyek Waterfall berasal dari konstruksi dan manufaktur industri di mana satu fase harus diselesaikan sebelum yang lain dimulai. Penekanan pada penyelesaian linier ini merupakan pusat alur kerja Waterfall. Waterfall menggunakan fase yang berbeda daripada pekerjaan simultan. Ketika menggunakan metodologi Waterfall, kamu harus menyelesaikan setiap tahap sebelum tahap berikutnya dapat dimulai.

Demikian juga, kamu tidak dapat kembali ke fase sebelumnya. Setiap revisi memerlukan memulai ulang seluruh proses. Ketika mempertimbangkan Agile vs Waterfall untuk gaya manajemen proyek kamu, ingatlah bahwa Waterfall menawarkan fleksibilitas yang lebih rendah.

2). Dokumentasi yang Menyeluruh

Karena Waterfall tidak memungkinkan untuk kembali ke fase sebelumnya, persyaratan proyek harus jelas di awal. Metodologi ini dimulai dengan mengumpulkan dan mendokumentasikan persyaratan dan kemudian membuat persyaratan ini dapat diakses oleh anggota tim.

Anggota tim juga mendokumentasikan pekerjaan mereka ketika proyek berlanjut melalui setiap fase. Idealnya, anggota tim dapat keluar atau memasuki proyek tanpa mengganggu alur kerja, menjadikan Waterfall solusi yang baik bagi tim yang mengharapkan perubahan bandwidth.

Kenapa Agile Menjadi Alternatif?

Metodologi Agile biasanya digunakan saat pengaturan pengembangan perangkat lunak untuk pendekatan kolaboratif, mengatur diri sendiri, fungsional dalam menyelesaikan pekerjaan dan persyaratan. Meskipun kamu mungkin mendengarnya sebagai metodologi yang berbeda, manajemen proyek Agile lebih tepat merujuk pada kategori metodologi yang mencakup Scrum dan Kanban.

Namun, ada perbedaan mendasar antara manajemen proyek Agile dan Waterfall. Agile fokus pada alur kerja adaptif dan simultan jauh dari sifat linear Waterfall. Setiap metodologi Agile akan memiliki karakteristik sebagai berikut;

1). Pekerjaan yang Serentak dan Bertahap

Ini adalah sifat yang paling membedakan ketika membandingkan metodologi Waterfall vs Agile. Metode Agile memecah proyek menjadi periode yang lebih kecil, berulang, yang bekerja sangat baik untuk produk yang mendapat manfaat dari pengujian pengguna dan revisi reguler (seperti perangkat lunak).

2). Kemampuan Beradaptasi

Karena metode Agile bekerja secara bertahap, tim dapat menyesuaikan proses mereka dengan beberapa frekuensi. Saat Waterfall menggunakan proses yang tidak fleksibel, metodologi Agile mendorong tim untuk meningkatkan dan menyesuaikan alur kerja sesuai kebutuhan. Adaptasi Agile sangat cocok untuk proyek-proyek di mana kamu mengharapkan persyaratan atau kendala berubah. Meskipun kamu harus menghindari perubahan tersebut jika memungkinkan, metodologi Agile membiarkan tim menyesuaikan proses mereka untuk mengkompensasi perubahan tersebut.

Jadi, Metodologi Manajemen Proyek Mana yang Harus Digunakan?

Tidak mengherankan, jawaban untuk pertanyaan ini tergantung pada tim kamu dan tujuannya. Untuk memutuskan, tanyakan pada diri sendiri karena perbedaan dalam metodologi manajemen proyek hanya penting jika kita menggunakan metodologi secara konsisten.

Menggunakan bagian-bagian tertentu dari suatu metodologi hanya akan membuat kita kehilangan manfaat yang mempopulerkan metodologi di tempat proyek. Jadi, selamilah lebih dalam metode Agile maupun Waterfall untuk mulai menerapkan metodologi pilihan!

Sumber: lucidchart.com

Rate this post
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.